Rabu, 26 Agustus 2009

cerpen

Berteman dengan Anna

Seperti biasanya mereka datang berenam, dengan keributan-keributan kecil yang membuat kepala terpaksa menyembul dari tiap sekat pembatas bilik dengan ekspresi terganggu, penasaran dan tentu saja tidak suka. Wardah yang berjalan paling depan dan selalu merasa menjadi komandan dari ‘ Kelompok Onar ‘ mencibir tak acuh pada pemilik jari telunjuk yang menempel dibibir itu.

Mereka menyebar , mencari posisi paling strategis supaya nggak terganggu ketika membuka situs-situs rahasia favorit mereka. Wardah menamai aktivitas ini sebagai The Crazy Friday. Awalnya mendatangi Speedy internet, kafe terdekat dari sekolah. Berikutnya sudah pasti mereka akan ke Dobble Trouble, kedai rujak dan es krim yang jadi favorit anak-anak sekolah di bilangan Senopati. Apalagi yang di pesan kalau bukan banana ‘ raja ‘ split dan ‘ rujak petir ‘yang kadar puedesnya sudah terkenal di Seantero Metropolitan Selatan. Menjelang sore,sebelum menjalani keharusan untuk pulang kerumah, mereka memilih Sport Square, untuk ngecengin cowok SMA 170 yang punya jadwal rutin bermain basket disana.

Gwen sudah menunggu hari ini, untuk me-reply e-mail dari Sam Rivers, sohibnya didunia maya. Entah untuk urusan apa Sam ngotot ingin dikirimi foto telapak tangan kanannya. Boleh jadi Sam seorang paranormal yang hendak membaca nasib lewat garis telapak tangannya. Gwen membuat Sam menjadi simpel, dengan berfikir itu cuma cara Sam untuk mendapat perhatian lebih darinya.Gwen baru saja mencolokkan flashdisc ketika sebuah suara halus menegurnya.Ia menoleh, mendapati suara itu. Tak sampai terkejut, tapi sedikit heran. Sejak kapan makhluk ini ada disebelahnya?

“ Hai, Anna!”sapa Gwen.

“ Hai, Gwen!” balasnya. Anna tersenyum, membuat kawat giginya memantulkan cahaya neon.

“ Boleh meminjam pulpenmu?”

Gwen mengerenyit. “ Kamu ke sekolah tanpa pulpen?”

“ Sori, ternyata ketinggalan di kelas.”

Gwen menyerahkan pulpennya yang diterima Anna dengan ‘ rakus ‘. Segera ia mencatat dengan cepat di buku tulisnya.

“ Apa sih yang menarik perhatian Si Itik Buruk Rupa ini?” Gwen menyorongkan kepalanya, sengaja ingin melihat layar monitor Anna. Ups! Rupanya Anna tengah mencatat beberapa barang yang ditawarkan di Ebay. Lumayan juga, batin Gwen. Anna bukan bagian dari Gwen berenam. Ia datang sendiri sebelum mereka tiba ditempat ini. Selalu sendiri. Ia adalah ‘ Nona Bukan Siapa-siapa’. Ia tak pernah dijumpai Gwen asyik bersama seseorang apalagi beberapa orang.

Gwen sudah menyelesaikan satu paragraph surat ketika kembali melirik kearah Anna karena Gwen mendengar tawa cekikikannya. Membuatnya kembali penasaran. “Apa lagi?”. Gwen melongok layar monitor Anna lagi. www.gigikering.com. Whalaaaah!.

“ Kok kamu mau-maunya membuka situ situ?”

“ Iseng aja. Joke-jokenya lucu.”

Bagi Gwen itu adalah situs sampah yang sama sekali nggak lucu dan bisa menimbulkan penyakit. Tapi niatnya untuk mencela Anna diurungkan karena dilayar monitor bawah kudapati amazon,kinefilm,botanicalgarden dan metrotv.

“ Kamu selalu datang kemari, An ?

“ Enggak juga. Kebetulan koneksi dirumah lagi putus dua hari ini, entah kenapa.”

“ Oooo…” Gwen mengangguk-angguk seperti orang bodoh.

Anna tersenyum kearahnya sambil memijit salah satu jerawatnya.

“ Kamu pulang setelah ini?”

“Ya.”

“ Bergabunglah bersama kami.” Kalimat itu tiba-tiba saja meluncur dari bibir Gwen.

“ suatu kehormatan bagiku jika bisa gabung sama kalian. Tapi…… aku harus pulang. Terlambat hanya ditolerir sampai satu jam.”

“ Nyokap yang pencemas atau hiperprotektif?”

“ Nyokap jauh dariku, Gwen. Aku tinggal bersama sepupu-sepupuku.”

Sudah cukup. Gwen nggak ingin itu jadi awal pembicaraan yang mengharuskannya merasa kurang nyaman karena terpaksa menatap kawat gigi Anna. “ Gwen!” Sonia berteriak sambil melambaikan tangannya kearahnya. Ia yakin, seperti pecan lalu, Sonia akan memaksanya untuk mengomentari surat romantis Sonia buat Steven lagi.

“ Kamu sebilik sama Anna?”Tanya Sonia setelah Gwen duduk berhimpitan dengannya disatu bangku. Menatapnya dengan ekspresi heran.

“ Ya.”

“ Hmmm, cewek aneh itu ternyata sadar teknologi juga, ya.”

“ Ia membuka gigikering.com………”

“ Pantas!” Sonia tertawa terbahak. Gwen menatap kearah Anna. Rupanya ia tengah memperhatikan mereka dan sekarang buru-buru menundukkan kepala. Senyumnya sudah raib entah kemana.

*

Buku catatan Bahasa Inbdonesia Gwen nggak ada di tas!. Again and again and again! Teriak Gwen kesal, menyalahkan diri sendiri. Untuk kesekian kalinya Gwen membuat kecerobohan yang sama : tanpa sengaja meninggalkan bukunya dikelas. Padahal ada PR segepok. Padahal besok harus dikumpulkan. Padahal kalo enggak sanksinya adalah berdiri di luar kelas! Bu Hamilah? Pasti takuuut!.

Wardah tengah pergi entah kemana. Orang yang menjawab telefon Gwen mengatakan anak itu pergi bersama Sonia. Ada misi rahasia apa diantara mereka?. Dika ternyata punya penyakit yang sama denganku. Bukunya juga ketinggalan dikelas. Tira semakin parah. Kata Tira: “ Aku bahkan ngggak nyantet apa-apa hari ini. Kamu tau sendiri kondisiku, Gwen. Kalo besok dikeluarkan dari kelas, ya kebetulan. Kalo lagi dapet gini aku jadi males ngapa-ngapain.”

Anna. Tiba-tiba nama itu terlintas di benaknya. Dia pasti ada dirumah. Dia pasti nggak ‘lagi dapet’,dan dia pasti mencatatPr itu lebih teliti dari siapa pun di muka bumi ini. Siapa tahu dia bahkan merelakan seluruh jawabanya untukku. Begitu pikir Gwen. Agak sulit, tapi akhirnya Gwen temukan juga nama dan nomor rumah Anna dibuku agendanya.

“ hai, Anna!”

“ hai, Gwem!”

“ Lhoh? Kok kamu langsung kenal suaraku? Perasaan….baru kali ini aku nelpon kamu.”

“ aku sendiri juga heran,”potong Anna diseberang sana. “ darimana kamu ngerti kalo bukumu ada di aku?”

“ bukuku?”

“ iya,kan? Kamu mencari buku catatan Bahasa Indonesiamu? Kamu menjatuhkannya ditempat parkir. Untung aku sendiri yang memungutnya. Bisa kacau kalo ditemukan anak-anak usil itu. Hei, ternyata kamu suka nulis puisi ya?

“ Ya ampun, Anna! Puisi-puisi jelek itu! Please deh…….gimana caranya aku dapetin bukuku itu?”

“Ya kamu ketempatku. Bukankah kamu tinggal jalan kaki aja? Paling juga lima menit kalo mau naik sepeda.”

Astaga Dewa! Benar juga. Anna tilana tinggal di estate yang sama dengannya. Dulu sekali dia pernah mengatakannya tapi Gwen nggak peduli karena tog Gwen dan Anna rasanya nggak bakalan bisa menyatu dan akrab. Gwen dan Anna punya dunia masing-masing.

“ aku segera kerumahmu An!”

Dua menit berikutnya Gwen sudah mengayuh sepeda kerumah Anna. Tiba disana, rumah mungil itu terdengar riuh dari luar. Suara musik yang cukup keras ditingkahi suara jeritan dan nyanyian sumbang. Seorang cowok mirip entah siapa membukakan pintu buat Gwen.

“ hai! Anna lagi mandi, kamu disuruh nunggu sebentar.” Dia itu…Peter Parker, eh, Tobey Maguire. Mirip!

“ temen sekolah Anna yang tinggal di jalan Anyelir, kan?” Peter eh Tobey mengerling nakal. “ Yang suka bersepeda ditemeni seekor anjing?”

Gokil! Bisa-bisanya dia ngerti kalau Gwen suka dikejar-kejar anjing kampong jelek itu! Untunglah Anna segera muncul, tertawa memamerkan kawat giginyasambil melambaikan buku catatannya. Peter Parker beringsut kedalam, lalu sebentar kemudian terdengar lagi suara sumbangnya mengikuti lagu pop yang terdengar.

“Anna!” Gwen menggamit dan memelototi Anna.” Kamu tinggal serumah dengan…..?

“Kakak sepupuku. Dia raja disini. Jadi beginilah aku dan kami, Gwen. Ini rumah kesekian dari salah seorang pamanku. Kami para keponakan yang dari luar kota, dari kampong, berkumpul disini. Jadi semacam anak kos yang dari memanfaatkan rumah dan segala fasilitasnya dengan gratis.”

“ jadi.Tobey……. itu………?

“ namanya Jaya!” sergtah Anna. “ Dia yang tertua diantara kami berempat yang tinggal disini. Lulus desain interior, sudah kerja dibisnis property dan sekarang lagi ngerampungi S2-nya di…”

“ Namanya Jaya?”

“ Iya. Kak Jaya itu diem-diem udah lama naksir sama kamu looh….!”

Cling! Cahaya yang memantul dari kawat gigi itumengenai mata kiriku.

“ aduh! Eh,aku harus buru-buru pulang, An. Soalnya……aku……”

“ KAK JAYAAA!!! INI GWEN PENGEN KENALAN….!

Hari ini adalah hari jumat yang beda dari biasanya. Gwen menghadiri ‘ Kelompok Onar ‘ dan pulang kerumah tepat waktu bersama Anna Tilana. Gwen memang sengaja menghadiri Speedy dan Trouble,tapi Gwen tak ingin melewatkan acara terakhir di Sport Square. Sore menjelang pukul 16.00 mereka sudah tiba di tepi lapangan basket, persisi di belakang punggung temannya berlima. Punggung-punggung itu bergerak memutar serentak. Kelima pasang mata itu sama-sama terbeliak menyaksikan kakinya yang turun dari BMW seri 5.

“GWENDOLINE???!!”

“ hai kalian!”

Cowok disebelah Gwen melambaikan tangannya dengan santun.

WHUAAAA….???!!!

Wardah menariknya dengan kasar, menelikung di bawah pohon asem yang rindang. Yang lain segera mengurungnya.

“ SIAPA?!”

“ANAK MANA?!”

“”KAPAN JADIANNYA?!”

Terengah-engah Gwen menjelaskannya.

“..namanya Jaya. Dia itu kakak sepupunya Anna, Anna Tilana. Dia itu bisnisman, sekarang lagi ngerampungin S2 di bentara.”

“ sepupunya Anna?”

“ Si Itik Buruk Rupa kita?’

“Si Nona Bukan Siapa-siapa……..”

“Tapi…?”

Sonia dan Ozy sama-sama menyeka mulutnya. Jangan-jangan……..

“ tega nian kamu. Gwen.” Wardah yang biasanya perkasa terlihat lesu.

“ sabar, dah. Kalian semua nggak usah dirik. Rejeki orang nggak akan lari semua. Anna masih menyimpan dua sepupu cowoknya yang lain. Dua-duanya keren,intelek,paten abiz! Mau yang anak teknik sipil tapi jago main gitar atau yang kedokteran tapi pinter masak?”

“GWEN??!!”

“ siapa cepat dia dapat!”

“Tapi…?” Sonia meraih bahuku.

“”tapii…aku lagi ada urusan penting sama Kak Jay. Kesini Cuma mampir supaya kalian nggak berfikir buruk tentang aku.”

“Bye.Gwen..!”

“Baik-baik yaaa….”

“ salam buat…..”

Gwen sudah berlari menuju pangerannya yang sebenarnya masih menanti.

Sabtu pagi yang beda dari biasanya. Gwen kecele karena nggak menjumpai Wardah dan yang lainnya di Kantin 2.

“ belum ada yang nongol kesini ,Non,”kata Bik kantin.

“Pasti ada hal-hal yang luar biasa,”tebak Gwen dalam hati.

Ketika Gwen menuju kekelas dari kejauhan Gwen sudah bisa melihat kerumunan itu. Ia lihat Wardah, Sonia, Tira, Dika dan Joice tengah mengelilingi Anna Tilana. Wardah besandar dibahi kiri Anna dan menempelkan pipinya ke pipi penuh jerawat itu. Dika menyisiri rambut pendek Anna dan jari lentiknya. Joice menarik-narik dan mengguyangkan lengan Anna.

Gwen sengaja melewati mereka. Berjalan tanpa menoleh sambil bersiul-siul.

Penulis,

Ni Putu libryanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Your coment please!